Hari Pendidikan Nasional: Antara Idealisme dan Komersialisasi

OPINI

5/1/20251 min read

Cianjur – Peringatan Hari Pendidikan Nasional setiap 2 Mei bukan sekadar mengenang jasa Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara. Lebih dari itu, momen ini menjadi refleksi atas arah dan makna pendidikan di Indonesia yang kini menghadapi tantangan antara idealisme dan komersialisasi.

Ketua Harian DPD KNPI Cianjur, Muhammad Fajar Firdaus, yang akrab disapa Ajay, menyoroti fenomena maraknya bisnis di sektor pendidikan dalam beberapa tahun terakhir. Mulai dari bimbingan belajar, pelatihan daring, hingga platform teknologi edukasi tumbuh pesat di tengah tingginya animo masyarakat terhadap pendidikan.

“Di satu sisi, ini menunjukkan bahwa minat terhadap pendidikan tinggi. Tapi di sisi lain, kita perlu bertanya: apakah pendidikan masih menjadi ladang pengabdian atau justru berubah menjadi ladang komersialisasi?” ujar Ajay.

Ia menilai, tingginya biaya masuk sekolah, kursus privat berbayar, dan konten belajar berlangganan menunjukkan bahwa akses terhadap pendidikan berkualitas kini tidak lagi merata. “Mereka yang punya kemampuan finansial bisa membeli fasilitas terbaik, sementara yang tidak mampu tertinggal dalam persaingan,” imbuh Ajay.

Menurut Ajay, kondisi ini bertolak belakang dengan semangat Ki Hajar Dewantara yang menekankan bahwa pendidikan adalah hak setiap anak bangsa, bukan hak istimewa segelintir orang.

Meski demikian, Ajay menekankan bahwa tidak semua bentuk bisnis pendidikan perlu dicurigai. “Selama dijalankan dengan prinsip keadilan, kualitas, dan keterjangkauan, bisnis pendidikan justru bisa memperluas akses dan mendorong inovasi,” katanya.

Ia memberi contoh pemanfaatan teknologi yang dapat menjangkau siswa di daerah terpencil. “Kuncinya adalah menempatkan nilai-nilai kemanusiaan di atas kepentingan profit,” tambah Ajay.

Ajay mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjadikan Hari Pendidikan Nasional sebagai momen evaluasi. “Apakah kita ingin mencetak generasi cerdas demi masa depan bangsa, atau hanya membentuk pasar baru untuk kepentingan ekonomi?” tegasnya.

Ia menutup pernyataan dengan mengingatkan bahwa pendidikan boleh berkembang secara profesional dan efisien, namun tetap harus berlandaskan pada tujuan utamanya: membentuk manusia yang beradab, bukan sekadar konsumen.

Oleh : M Fajar Firdaus (Ketua Harian DPD KNPI Cianjur)