Perkembangan Ekonomi Indonesia : Stabil di Tengah Ketidakpastian Global
OPINI


Memasuki tahun 2025, ekonomi Indonesia menunjukkan tren pertumbuhan yang stabil meskipun masih dihadapkan pada tekanan eksternal dan tantangan struktural domestik. Menurut proyeksi pemerintah dan berbagai lembaga internasional, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia diperkirakan tumbuh di kisaran 5,1–5,3%. Angka ini mencerminkan keberlanjutan pemulihan ekonomi pasca pandemi serta ketahanan terhadap gejolak ekonomi global, termasuk ketidakpastian suku bunga di Amerika Serikat dan ketegangan geopolitik di kawasan Eropa dan Timur Tengah.
Konsumsi Domestik Masih Jadi Andalan
Konsumsi rumah tangga tetap menjadi motor utama pertumbuhan, menyumbang lebih dari 52% terhadap PDB. Di tahun 2025, daya beli masyarakat mengalami peningkatan moderat seiring pengendalian inflasi di kisaran 2,8–3,2% serta pertumbuhan upah riil di sektor informal maupun formal. Program perlindungan sosial seperti bantuan langsung tunai, subsidi energi, dan kartu prakerja masih dilanjutkan untuk menjaga stabilitas konsumsi lapisan masyarakat bawah.
Investasi dan Hilirisasi Tambang
Investasi juga menjadi pilar penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemerintah terus melanjutkan agenda hilirisasi industri, terutama di sektor pertambangan seperti nikel, bauksit, dan tembaga. Pembangunan smelter di beberapa wilayah seperti Sulawesi dan Maluku memperlihatkan progres yang signifikan. Ini bukan hanya meningkatkan nilai ekspor, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan mendorong pembangunan infrastruktur penunjang.
Sektor industri pengolahan juga menunjukkan pemulihan, terutama pada subsektor makanan dan minuman, kimia dasar, dan tekstil. Selain itu, sektor energi terbarukan mulai mendapat perhatian lebih luas, sejalan dengan target transisi energi dan komitmen netral karbon pada 2060.
Ekonomi Digital dan UMKM
Tahun 2025 juga menjadi momentum penting bagi ekonomi digital. Nilai transaksi e-commerce, layanan keuangan digital, dan logistik berbasis aplikasi meningkat pesat. Indonesia kini menjadi pasar ekonomi digital terbesar di ASEAN. Program digitalisasi UMKM terus diperluas untuk mendorong pelaku usaha kecil masuk ke ekosistem digital dan menjangkau pasar nasional maupun internasional.
Tantangan Struktural Masih Ada
Meski demikian, tantangan tidak bisa diabaikan. Ketimpangan pembangunan antar daerah, kualitas sumber daya manusia yang belum merata, serta produktivitas tenaga kerja masih menjadi hambatan utama. Sektor pertanian dan perikanan, meskipun vital, masih menghadapi persoalan modernisasi dan akses pasar.
Kebijakan fiskal 2025 diarahkan untuk memperkuat belanja produktif, termasuk pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Defisit APBN dijaga agar tetap di bawah 3%, sesuai dengan disiplin fiskal yang sudah ditetapkan.
Tahun 2025 menandai fase konsolidasi ekonomi Indonesia menuju landasan yang lebih kuat dan berkelanjutan. Dengan memanfaatkan potensi konsumsi domestik, hilirisasi industri, serta pertumbuhan ekonomi digital, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjaga momentum pertumbuhan. Namun, perlu kerja keras dan konsistensi kebijakan untuk mengatasi tantangan struktural yang masih membayangi.
Oleh : Moch. Arif Putra Lengkana (Ketua Umum HIPMI PT Cianjur)