Prabowo Perlu Belajar dari B.J. Habibie untuk Kendalikan Dolar
POLITIK


Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus mengalami pelemahan, menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku ekonomi. Pada Maret 2025, rupiah sempat menyentuh Rp16.640 per dolar AS, mendekati level krisis keuangan 1998. Beberapa faktor yang mempengaruhi situasi ini termasuk kebijakan fiskal yang ekspansif dan ketidakpastian pasar global.
Situasi ini mengingatkan pada masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie yang menghadapi tantangan serupa setelah krisis 1998. Namun, Habibie berhasil menerapkan strategi yang membantu pemulihan rupiah. Salah satu langkah kunci yang diambil adalah restrukturisasi sektor perbankan dan peningkatan transparansi dalam pengelolaan ekonomi negara.
Sebaliknya, di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, pemerintah mengadopsi kebijakan populis yang meningkatkan belanja negara, seperti program makan siang gratis yang diperkirakan menelan biaya besar. Meskipun bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, kebijakan ini juga memunculkan kekhawatiran terkait defisit fiskal.
Agar rupiah dapat kembali stabil, Prabowo bisa meniru pendekatan Habibie, yaitu menjaga keseimbangan antara stimulus ekonomi dan pengelolaan fiskal yang disiplin. Pemerintah perlu memperkuat komunikasi dengan investor dan memastikan kebijakan yang diambil berbasis data dan analisis yang matang.
Dengan strategi yang tepat dan pendekatan yang lebih berhati-hati dalam mengelola anggaran negara, Indonesia berpotensi mengendalikan volatilitas rupiah seperti yang pernah dilakukan di era Habibie.
Penyusun : Tim Kontributor